For_You

Jangan Menyerah Terus Kejar MimpiMu

Senin, 11 April 2011

Ketika doaku belum terjawab


Sampai di mana kita dapat mempercayai Allah? Ketika hidup berjalan sama sekali tidak sesuai dengan harapan kita, atau saat sakit penyakit dalam berbagai wujud muncul dengan kesembuhan yang terasa begitu jauh, atau saat penderitaan hidup datang akibat sikap-sikap keras kepala dan kesombongan manusia yang begitu parah, apakah kita tetap dapat mempercayai Allah? Ketika doa-doa yang kita panjatkan siang dan malam terasa belum menampakkan tanda-tanda akan dikabulkan, apakah kita tetap setia berharap akan pertolongan Allah atau mulai mencari jawaban di dalam kekuatan-kekuatan lain yang tidak dalam perkenanan Tuhan?
Pada waktu seorang ayah membawa kepada Yesus anaknya yang kerasukan roh jahat sejak ia kecil sehingga membuat sang anak bisu dan tuli serta berkali-kali hendak dibinasakan oleh roh itu, Yesus menegur sang ayah, yang memohon dengan keragu-raguan terhadap kuasa Yesus, kataNya: “Katamu: Jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” (Markus 9: 23). Saya merenungkan kembali dalam doa saya selama ini apakah dalam hati saya juga mendahului permohonan saya kepada Tuhan dengan kata-kata “Jika Engkau dapat?” Tentu saja Tuhan dapat! Ia adalah Raja Semesta Alam! Sangat penting untuk senantiasa berdoa dengan penuh harapan kepada Allah dan membawa apapun yang kita butuhkan kepadaNya, dengan iman yang penuh bahwa Ia dapat berbuat apapun juga untuk menyelamatkan kita, yang mustahil bagi akal budi kita sekalipun. Tentang kapan dan bagaimana permohonan kita itu akan dikabulkan, itu adalah kebijaksanaan Allah, karena Dia tahu apa yang paling kita butuhkan, dan selalu memberikan yang apa terbaik dalam hidup kita, lebih dari yang kita tahu.
Apa yang sebenarnya paling saya butuhkan dalam hidup ini? Keinginan kita selalu berubah, kebutuhan kita juga demikian, seiring dengan dinamika dan perkembangan hidup kita. Apa yang dulu penting bagi kita sekarang tidak lagi, atau sebaliknya. Kita juga umumnya meminta supaya dijauhkan dari segala kesusahan, padahal sesungguhnya ada banyak sekali hadiah kehidupan, ketekunan, dan tahan uji, tersembunyi di dalam kesusahan hidup, yang membuat kita menjadi semakin tangguh, penuh iman dan kasih, serta bijaksana. Hal-hal yang sangat dibutuhkan oleh jiwa kita yang kering. Kita sering tidak tahu apa yang tepat bagi kita, dan bahkan kadang kita tidak tahu apa yang sebaiknya kita minta. Karena itulah, Tuhan tidak selalu mengabulkan doa kita, dan kadang Ia menunda sampai kita siap menerima jawaban doa-doa kita. Karena itulah, apa yang sesungguhnya kita perlukan sebenarnya adalah hikmat untuk bisa menghadapi hidup dengan kepercayaan yang teguh akan penyelenggaraanNya, apapun yang terjadi. Karena itulah, mengetahui apa yang sebetulnya paling kita butuhkan, inilah jawaban Tuhan atas doa-doa yang kita persembahkan dengan tulus kepadaNya, apapun itu, yaitu “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di Surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya. (Lukas 11: 13b). Dan apa yang dilakukan oleh Roh Kudus bagi kita? Dia akan berdoa bagi kita dengan keluhan yang tidak terucapkan, bagi kebutuhan-kebutuhan jiwa kita yang sebenarnya, yang sering tidak kita sadari, sebab kita rancu dengan pengaruh riuh rendahnya dunia ini dengan segala kemegahan semu yang ditawarkannya, dan dengan segala norma-norma yang menjadi ukuran kebahagiaannya…. Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. (Roma : 8 – 26).
Ketika kita merasa ditinggalkan, saat kita merasakan sedih menyayat karena merasa sendiri di dalam penderitaan hidup, kita patut ingat akan kesepian dan kesedihan Yesus saat berdoa di Taman Getsemani. Bapa memang tidak mengabulkan doa permohonan Yesus untuk mengambil cawan yang hendak diminumNya, karena rencana agungNya harus digenapi. Tetapi seorang malaikat diutusNya untuk menguatkan Yesus di dalam kesengsaraanNya dan ketakutanNya sebagai manusia. “Ya BapaKu, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari padaKu, tetapi bukanlah kehendakKu melainkan kehendakMulah yang terjadi” Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepadaNya untuk memberi kekuatan kepadaNya. (Lukas 22 : 42-43).
Akhirnya, penghiburan Allah adalah sumber kekuatan kita yang tidak pernah kering. Saat kita merasa bahwa kesulitan hidup datang dan pertolongan seolah tak kunjung tiba, baiklah kita membaca kembali pernyataan Allah kepada umatNya, Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan Engkau (Yesaya 49 : 15) dan di dalam kesempatan lain Ia berfirman pula, Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani 13 : 5b). Dua kali Tuhan menggunakan kata “sekali-kali” atau yang artinya sebetulnya adalah “tidak akan pernah” meninggalkan kita. Justru di dalam kesukaran, kita akan semakin banyak mengalami penghiburan dan penyertaan Allah yang membuat jiwa kita sungguh dipuaskan dan terkagum-kagum akan kuasa kasih setiaNya.
Dan inilah seruan Yesus ketika Ia mengutus kita untuk hidup mewartakan Dia, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir jaman” (Markus 28 : 20b). Jika Raja Semesta Alam berjanji, kita tahu bahwa janji itu tidak main-main. Tinggal apakah kita bersedia untuk tetap tenang percaya penuh pengharapan seperti Bapa Abraham dan Bunda Maria, dalam teladan iman mereka, tetap percaya sekalipun melangkah dalam segala ketidakpastian dan ketidakmengertian. Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.” (Yesaya 30 : 15).
Iman adalah kunci menuju kepenuhan penyelenggaraan Allah, penggenapan janjiNya, dan rencana agungNya dalam hidup kita. Begitu pentingnya iman itu sehingga pertanyaan Yesus kepada kita masing-masing adalah seperti yang tertuang dalam perumpamaan tentang hakim yang tak benar “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya yang siang malam berseru kepadaNya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Lukas 18 : 7-8).
Bagaimana tanggapan kita terhadap pertanyaan Yesus ini? Allah sesungguhnya sudah banyak memberikan jawaban dan janji akan penyertaanNya, melalui FirmanNya, dan melalui ajaran Tuhan kita Yesus Kristus, PuteraNya. Tinggal bagaimana kita merespon jawaban Allah itu dengan iman di dalam keseharian kita dalam hidup ini. (uti)

sumber:http://katolisitas.org

Tuhan Itu Sumber Ketenangan

Ada sebuah film berjudul Bodyguard. Film tahun 80-an ini dibintangi oleh Kevin Costner dan Whitney Houston. Dikisahkan Houston yang seorang artis dikelilingi oleh para penggemar fanatk. Celakanya, mereka ingin mencelakai dirinya.

Untuk itu, Houston menggunakan jasa pengawal pribadi, seorang veteran angkatan perang. Selain itu, di seluruh rumah Houston digunakan peralatan-peralatan canggih untuk membuat artis itu dapat tidur nyenyak. Ke mana saja Houston pergi, ia selalu dijaga dengan ketat.

Sebagai artis, ia ingin hidup tenang. Ia tidak ingin diganggu oleh berbagai pihak yang ingin merusak hidupnya. Kadang-kadang hatinya cemas dan galau, karena para penggemar yang keterlaluan.

Setiap orang ingin hidup dalam suasana tenang dan damai. Orang tidak ingin diganggu oleh hal-hal yang merusak hidup. Karena itu, orang berusaha untuk menemukan ketenangan dalam hidupnya. Berbagai cara diupayakan untuk melindungi diri dari gangguan orang lain.

Orang mencari ketenangan dalam hidup ini. Misalnya, orang menggantungkan hidup pada bodyguard, senjata, uang atau jabatan. Orang begitu gampang lari kepada hal-hal yang dianggap mampu memberikan ketenangan dalam hidupnya. Kita sering dengar ada banyak orang yang mencari ketenangan dengan mendatangi dukun atau tempat-tempat yang dianggap gaib.

Sayang, orang sering lupa bahwa ketenangan sejati hanya ditemukan dalam Tuhan. Semestinya orang mendekatkan diri kepada Tuhan. Orang semestinya mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Semakin dekat dengan Tuhan, orang akan mengalami damai dan ketenangan dalam hidup. Mengapa? Karena Tuhan itu selalu mengayomi manusia. Tuhan selalu menghendaki manusia menikmati damai dan kebahagiaan.

Karena itu, sebagai orang beriman kita mencari dan menemukan damai dan ketenangan dalam hidup ini di dalam Tuhan. Untuk itu, kita mesti membuka diri kepada Tuhan. Kita membiarkan Tuhan masuk dan bekerja di dalam diri kita. Dibutuhkan sikap rendah hati yang memungkinkan Tuhan datang dan tinggal di dalam diri kita.

Orang beriman itu orang yang selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup. Orang yang selalu mendahulukan kehendak Tuhan dalam hidup ini. Mari kita berusaha untuk membuka diri kepada Tuhan. Biarlah Tuhan yang senantiasa menjadi pegangan hidup kita dalam usaha menemukan damai dan ketenangan. Tuhan itu sumber ketenangan dan damai kita. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ

07 November 2009

Pentingnya Kejujuran

Seorang siswa SMA mengaku bahwa selama ujian nasional yang lalu ia mendapatkan bocoran soal. Menurut siswa ini, soal itu sudah bocor jam tujuh malam. Ia sudah mendapatkan sms tentang jawaban atas soal-soal ujian itu pada jam tujuh malam. Ia heran mengapa jawaban atas soal-soal ujian itu sudah ia peroleh dari teman-temannya.

Bagi siswa ini, sebenarnya ia tidak membutuhkan jawaban-jawaban itu. Ia hanya menghafal jawaban-jawaban itu untuk menambah rasa percaya diri saja. Ia sudah menyiapkan diri dengan baik. Namun kadang-kadang ia kurang percaya diri. Akibatnya, ia mau saja menghafal jawaban-jawaban itu.

Dia berkata, “Setelah saya hafal, saya hapus. Saya tidak mau terpengaruh oleh jawaban-jawaban itu.”

Keesokan harinya ketika ia mengikuti ujian, ia dapat menjawab semua soal yang disediakan. Ia merasa yakin dapat memperoleh nilai yang tinggi. “Memang saya merasa nilai yang saya peroleh itu tidak seratus persen berdasarkan kerja keras saya selama ini. Tetapi yang penting saya bisa melanjutkan studi saya di perguruan tinggi. Bukankah saya sudah berjuang selama tiga tahun?” kata siswa itu.

Bocornya soal-soal ujian nasional terjadi di banyak tempat di negeri ini. Sudah ada berbagai upaya untuk mengatasi hal ini. Sejak tahun-tahun sebelumnya bocornya soal sudah terjadi. Namun tampaknya sangat sulit sekali mengatasi persoalan ini. Berbagai pihak sudah mencoba. Namun usaha itu seolah sia-sia saja.

Ada berbagai pertanyaan tentang hal ini. Misalnya, ada apa di balik bocornya soal-soal ujian nasional itu? Siapa yang membocorkan? Mengapa terjadi kebocoran soal-soal itu?

Kiranya satu hal yang dapat dikatakan adalah tidak adanya kehendak baik dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk menghilangkan hal ini. Ada pihak yang merasa malu, kalau siswa-siswi di sekolahnya ternyata tidak bisa mengerjakan soal-soal itu. Mereka takut dinilai negatif oleh pihak pemerintah. Karena itu, usaha yang dilakukan adalah membocorkan saja soal-soal itu. Atau ada pihak yang punya kepentingan ekonomi dengan menjual soal-soal itu kepada siswa-siswi yang mengikuti ujian.

Apa pun tujuan pembocoran soal-soal itu, tindakan itu tetap suatu tindakan yang tidak baik. Bagaimana mutu pendidikan di negeri ini dapat sejajar dengan negara-negara maju, kalau ketidakjujuran selalu terjadi? Tampaknya dunia pendidikan kita selalu terkontaminasi oleh kepentingan-kepentingan sesaat yang bermutu rendah.

Mari kita coba mendidik anak-anak kita untuk jujur dalam berbagai hal. Hanya dengan kejujuran, kita dapat menciptakan suatu kehidupan berbangsa dan bernegara dengan lebih baik. **



Frans de Sales, SCJ
sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

Menumbuhkan Rasa Percaya Diri

Ada seorang anak yang sangat mencintai kakaknya. Ia selalu membantu kakaknya di kala kakaknya mengalami kesulitan dalam belajar. Anak ini termasuk anak yang cerdas. Kepandaiannya di atas rata-rata. Suatu hari sang kakak mengalami kesulitan mengerjakan soal-soal Matematika. Namun ia malu bertanya kepada adiknya. Ia merasa gengsinya turun, kalau sang adik tahu bahwa ia tidak bisa mengerjakan soal-soal Matematika itu.

Namun sang adik menangkap kesulitan sang kakak. Dari gerak-geriknya, ia tahu bahwa sang kakak membutuhkan bantuan. Ia mendatangi kamar kakaknya. Ia menyapanya dengan penuh kehangatan. Ia mengulurkan bantuan kepada kakaknya untuk memecahkan soal-soal Matematika itu. Namun sang kakak tidak menggubris. Ia menolaknya secara halus.

Sang kakak berkata, “Biar saya kerjakan sendiri. Adik lebih baik menyiapkan pelajaran untuk besok. Kan besok adik punya banyak ulangan.”

Sang adik merasa sedih mendengar kata-kata sang kakak. Ia tahu betul kakaknya membutuhkan bantuan segera. Kalau tidak ada bantuan, sang kakak akan mengalami kesulitan. Ia tidak mau melihat sang kakak dipermalukan oleh guru di kelasnya. Ia ingin membantunya dengan tulus. Tidak ada maksud apa-apa untuk mempermalukan kakaknya.

Meski sedih, ia pun sadar bahwa sang kakak punya kebebasan untuk mendapatkan bantuan atau tidak. Karena itu, ia membiarkan kakaknya mengerjakan soal-soal Matematika itu sendirian. Setelah selesai, sang kakak mendatangi sang adik. Ia menunjukkan hasil kerjanya. Setelah melihat hasilnya, sang adik geleng-geleng kepala. Ternyata sang kakak berhasil mengerjakan soal-soal itu dengan baik. Ia memuji keberanian sang kakak untuk berpikir keras.

Sahabat, memacu orang lain untuk berhasil tidak mesti dengan membantunya secara langsung. Motivasi yang diberikan kepada orang itu dapat membantu seseorang untuk dapat maju dalam usaha-usahanya. Ibaratnya, kalau membantu orang untuk meraih hasil itu tidak perlu memberi hasil itu. Biarkan orang itu sendiri berusaha untuk meraih hasil itu. Dengan demikian, ia akan menemukan cara-cara yang terbaik dalam memecahkan suatu persoalan.

Kisah tadi menunjukkan bahwa suatu usaha keras akan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi hidup. Yang penting adalah orang punya rasa percaya diri dan ketekunan dalam usaha-usahanya. Rasa percaya diri itu menjadi modal bagi orang untuk berhasil dalam usaha-usahanya.

Untuk itu, rasa percaya diri itu mesti dibangun. Rasa percaya diri tidak datang dengan sendirinya. Rasa percaya diri itu mesti ditumbuhkan. Usaha-usaha menumbuhkan rasa percaya diri itu tentu saja mendapatkan tantangan.

Karena itu, orang mesti berusaha untuk menghadapi tantangan itu dengan hati yang lapang. Orang tidak boleh putus asa, ketika ada tantangan yang menghadang. Orang mesti berusaha terus untuk menemukan cara-cara yang terbaik. Dengan demikian, sukses akan bisa diraih. Mari kita berusaha menumbuhkan rasa percaya diri di dalam diri kita dengan berusaha keras. Tuhan memberkati. **



Frans de Sales, SCJ
Sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com

Membangun Persahabatan yang Menguntungkan

Ada seorang pemuda yang mengalami betapa hidup itu begitu berat. Ia berjumpa dengan begitu banyak orang dalam hidupnya. Namun ia tidak dapat menjalin persahabatan yang sungguh-sungguh mendalam dengan orang-orang itu.

Menurut beberapa orang yang pernah menjadi sahabatnya, pemuda itu memiliki kecenderungan untuk tidak mau mengalah. Ia juga selalu merasa diri sibuk. Ia selalu merasa tidak punya waktu untuk orang lain. Padahal ia selalu memaksa teman-temannya untuk mempunyai waktu bagi dirinya.

Karena itu, orang-orang yang pernah menjalin persahabatan dengannya terpaksa meninggalkan ia seorang diri. Ia menjadi seorang yang pemurung. Ia mengalami kesepian yang begitu mendalam.
Suatu hari, ia mencoba untuk bunuh diri dengan menggantung diri. Namun nyawanya diselamatkan oleh seorang temannya yang dulu sangat dibencinya. Beberapa saat ia sempat pingsan. Setelah sadar, ia mulai insaf akan cara hidupnya. Sejak saat itu ia mulai mengubah pandangan hidupnya.

Ia mulai menata kembali hidupnya. Ia berusaha sedapat mungkin untuk keluar dari persoalan yang ia hadapi. Kini ia mulai menyediakan waktu sebanyak-banyaknya untuk orang yang menjadi teman-temannya. Ia tidak mau menyibukkan diri dengan hal-hal yang kurang berguna.
Pemuda itu mulai membangun suatu waktu yang berkualitas. Artinya waktu yang ia isi dengan kegiatan bersama yang menyenangkan bagi dirinya dan bagi teman-temannya. Waktu itu ia gunakan untuk membangun relasi yang baik dengan teman-temannya.

Dalam hidup ini persahabatan itu sangat penting. Kita membangun persahabatan bukan hanya untuk kebaikan diri kita sendiri. Tetapi kita juga membantu sesama untuk mengenal lebih dalam siapa dirinya. Karena itu, persahabatan yang baik itu mesti kita isi dengan nilai-nilai yang memperjuangkan kehidupan. Misalnya, suatu kegiatan yang membantu sesama untuk lebih menyadari betapa hidup itu berguna dan penting.

Ada orang yang mulai membahas tentang mempertahankan kehidupan. Dengan demikian orang itu mulai mempromosikan anti aborsi kepada teman-temannya. Ia juga dapat mengajak teman-temannya untuk menjauhi narkoba. Ia mengajak teman-temannya memilih kegiatan-kegiatan yang positif.

Hidup itu indah. Demikian pula betapa indah kita memiliki sahabat-sahabat yang baik dan setia dalam hidup ini. Karena itu, mari kita berusaha untuk membangun persahabatan yang membantu kita dan sesama menemukan identitas diri kita masing-masing. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ


sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/11/membangun-persahabatan-yang.htm
by Saya Yakin Bisa Menemukan 1.000.000 Orang Katolik

Tuhan Tetap Mengasihi Kita



Ada seorang bapak yang sangat kecewa terhadap Tuhan. Pasalnya, istrinya meninggal waktu masih sangat muda. Mereka baru saja menikah lima tahun, tetapi istrinya menderita kanker ganas lalu meninggal dunia. Harapannya untuk membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera pupus. Ia harus membesarkan dua anaknya sendirian. Banyak persoalan hidup ia hadapi sendirian. Ia selalu berdoa kepada Tuhan, tetapi Tuhan seolah-olah tidak mendengarkan doa-doanya. Ia kecewa. Ia putus asa. Tuhan yang diimaninya tidak membantunya dalam menghadapi kesulitan.

Ia bertanya dalam hati, “Mengapa Tuhan tidak membantu saya? Mengapa Tuhan membiarkan saya berjuang sendiri di dunia ini?”

Lambat laun iman bapak itu mulai hilang. Ia tidak mau lagi berdoa dan beribadat. Baginya, hal-hal itu hanya buang-buang waktu. Akhirnya, ia memutuskan hubungannya dengan Tuhan. Ia kehilangan Tuhan dalam hidupnya. Baginya, Tuhan sudah mati.
Suatu hari, anak pertamanya sakit keras. Ia membawanya ke rumah sakit. Banyak teman-temannya datang untuk mengunjungi anaknya. Mereka menghiburnya. Mereka juga mendoakan agar anaknya segera sembuh. Beberapa hari kemudian anaknya sembuh. Ia tidak habis pikir mengapa orang-orang itu datang untuk mendoakan anaknya? Padahal ia sudah tidak mengimani Tuhan. Ia sudah putus hubungan dengan Tuhan. Bapak itu mengalami suatu pergulatan batin yang luar biasa.

Dalam kondisi seperti itu, seorang temannya berbisik, “Teman, dekatkan dirimu kepada Tuhan. Dia tetap mengasihi engkau.”

Akhirnya, bapak itu memutuskan untuk kembali kepada Tuhan. Ia berusaha untuk mengimaninya dalam suka dan duka hidupnya. Ia berpegang teguh pada Tuhan.

Dalam hidup ini godaan untuk meninggalkan Tuhan selalu terjadi. Kisah bapak tadi merupakan salah satu kisah hidup manusia. Kekecewaan dapat membawa orang pada jalan buntu. Akhirnya, Tuhan jadi sasaran. Padahal Tuhan selalu setia kepada manusia. Tuhan selalu mencintai manusia. Meski banyak persoalan yang dihadapi, Tuhan tetap mendampingi manusia. Caranya bermacam-macam. Tuhan dapat menggunakan ciptaanNya yang lain sebagai ungkapan kasihNya kepada manusia.

Karena itu, dalam hidup ini hal yang mesti selalu dipegang teguh adalah bahwa Tuhan tetap mengasihi manusia. Tuhan tetap peduli terhadap hidup manusia. Meski manusia mengalami berbagai persoalan hidup, Tuhan begitu baik kepada manusia.

Apapun yang kita alami dalam hidup ini mesti dilihat dari terang iman akan Tuhan. Dia menghendaki agar kita hidup baik. Dia menghendaki agar kita menemukan kebahagiaan dalam hidup ini. Untuk itu, Tuhan menggunakan berbagai cara untuk mengungkapkan kehendakNya itu.

Mari kita senantiasa pasrahkan diri kepada Tuhan. Dia senantiasa memberikan yang terbaik bagi kita. Dia selalu melindungi kita dari segala bahaya. **


Frans de Sales, SCJ

sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/12/tuhan-tetap-mengasihi-kita.html
by Saya Yakin Bisa Menemukan 1.000.000 Orang Katolik

(Ziarah Batin 2011)

Pekan Prapaskah V (U) Pw St. Stanislaus dr Krakow;St. George Gervase
Bacaan I: Dan. 13:41c–62
Mazmur : 23:1–3a,3b–4,5,6; R: 4ab
Bacaan Injil : Yoh. 8:1–11


Tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepa­da-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mem­bawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zina. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: ”Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zina. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus mem­bungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus ber­tanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: ”Barang siapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya, ”Hai perempuan, di mana­kah mereka? Tidak adakah seorang yang meng­hukum engkau?” Jawabnya: ”Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus, ”Aku pun tidak meng­hukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”


Renungan

Dengan membungkuk dan menulis di tanah, agaknya Yesus menghindari jebakan yang dipasang terhadap-Nya. Perempuan itu membisu, kehabisan kata, dan kehilangan kehormatan di hadapan orang-orang yang merasa diri benar dengan pongahnya. Mungkin, mereka lagi menikmati keinginan mereka yang tidak kesampaian. Kenikmatan mereka akan mencapai puncaknya seandainya perempuan itu dirajam sampai mati.

Kita perlu memohon kebijaksanaan agar dapat memilih dengan benar sikap dan tindakan yang harus diambil. Tindakan mesti bebas dari amarah atau dendam atau kepentingan pribadi semata. Pedomannya: ”Yang terbaik dikedepankan, kepentingan umum didahulukan, dan kemarahan disurutkan.” Kepuasan pribadi tidak akan otomatis terpenuhi, tetapi kepuasan sejati ada karena masyarakat umum damai dan sejahtera dalam kebenaran. Sikap itu akan kita miliki bila kita membiarkan Yesus hadir dan mengatur diri kita.

Doa: Tuhan, tanamkanlah semangat pengampunan dalam diriku dan beranikanlah aku belajar baik seperti Engkau. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Melibatkan Tuhan dalam Hidup Kita

Seorang ibu menderita kanker indung telur stadium empat. Tiga setengah tahun lalu dokter mengatakan bahwa ia hanya punya waktu empat bulan lagi untuk hidup. Dokter tidak berani mengadakan operasi pengangkatan rahim. Untuk sembuh kembali, ia mesti menjalani kemoterapi. Setelah menjalani kemoterapi sebanyak enam kali, kanker itu hilang. Kini ia masih hidup.


Hal yang sangat ajaib bagi ibu itu adalah saat-saat menghadapi perjalanan hidup yang tidak menentu itu. Kadang-kadang ia merasa begitu kuat untuk menghadapi penyakitnya itu. Namun kadang-kadang pula ia merasa tidak memiliki kekuatan. Ia merasa lemas, ketika mendengar sesama temannya yang menjalani kemoteraspi satu per satu meninggal dunia.


Ia berkata, “Saya tidak bisa mengerti mengapa saya masih hidup. Padahal banyak teman-teman saya yang menjalani kemo dengan saya meninggal dunia. Tetapi satu hal yang pasti adalah saya selalu berdoa kepada Tuhan. Saya yakin kekuatan doa itu telah memberi semangat kepada saya.”


Selama menjalani proses penyembuhan atas penyakitnya, ibu ini selalu menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Ia pasrah kepada Tuhan. Apa pun yang akan terjadi atas dirinya, ia serahkan seluruhnya kepada Tuhan. Baginya, hanya Tuhan yang dapat mengatasi penyakitnya.


Ia berkata, “Saya yakin, Tuhan masih mencintai saya. Tuhan tidak pernah meninggalkan saya berjuang sendirian menghadapi penyakit ini. Terlalu berat kalau saya hanya menghadapinya sendiri.” Berkat keyakinannya itu, ia sembuh total dari kanker ganas itu.


Kisah seperti ini bagai suatu kisah khayalan. Namun ini sungguh-sungguh terjadi dalam hidup manusia. Ternyata Tuhan mau intervensi ke dalam perjalanan hidup manusia. Tuhan tidak membiarkan manusia menderita seorang diri. Tuhan mau melibatkan diri dalam suka dan duka hidup manusia.


Kesadaran akan hal ini sering kali kurang. Orang lebih mendahulukan kemampuannya, kekuatannya. Setelah orang mengalami jalan buntu, baru mereka berseru-seru kepada Tuhan. Pantaskah sikap demikian sebagai orang-orang yang mengimani Tuhan?


Untuk itu, sebagai orang beriman kita diajak untuk senantiasa melibatkan Tuhan dalam hidup kita sejak dini. Janganlah ketika kita mengalami kesulitan baru kita berseru minta tolong kepada Tuhan. Sejak awal kita mesti berusaha untuk selalu hidup bersama Tuhan. Sebenarnya Tuhan tidak jauh dari hidup kita. Ia ada di dalam hati kita. Ia ada di dalam saku kita. Ia ada di dalam dompet kita. Bukankah kita percaya bahwa Tuhan itu ada di mana-mana?


Mari kita berserah diri kepada Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Dia selalu menjadi bagian dalam perjuangan hidup kita. Tuhan memberkati. **




Frans de Sales, SCJ


sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/12/melibatkan-tuhan-dalam-hidup-kita.html